- Pusat Kawasan Wisata Bunga Desa Cihideung
Cihideung, desa yang terletak di kecamatan Parongpong ini, yang
dulunya hanya merupakan tempat bercocok tanam ala kadarnya saja, kini
telah berkembang menjadi "Kawasan Wisata Bunga". Kawasan ini memang
tepat disebut sebagai kawasan wisata bunga, karena di sepanjang desa ini
terlihat berbagai tanaman bunga yang dikembangbiakkan. Berbagai jenis
tanaman bunga bisa kita temui di desa Cihideung ini, dari tanaman hias
hingga tanaman potong. Tanaman (bunga) hias biasanya adalah tanaman yang
digunakan untuk memperindah taman, dan tanaman (bunga) potong biasanya
adalah tanaman/ bunga yang diperlukan untuk keperluan dekorasi. Di desa
Cihideung ini lebih dari 80% warga desa Cihideung menjadi petani bunga,
dimana terdiri dari 30% petani bunga potong, dan 50% petani bunga hias.
Sebenarnya masih banyak aneka wisata lain di daerah desa cihideung ini . Yang terkenal dengan daerah agrowisatanya tepatnya di kampung Panyairan .
- Sanggar Tari Jaipong Kalang Kamuning
dan satu lagi daya tarik desa cihideung yang mungkin akan menarik anda untuk berkunjung ke tempat kami yaitu sanggar Tari Sunda Kalang Kamuning .
Apa salahnya kalau kita mengenal budaya budaya yang di miliki kota kita sendiri , mungkin dapat menggali minat atau bakat putra/putry bapak ibu mas tante abang tentang budaya kita sendiri .
Seperti yang di kutip dari koran Pikiran Rakyat ,yang mungkin kalian semua ingin mengetahui tentang seluk beluk / sejarah Kalang Kamuning ini yoookkk... kita baca ulasan berikut ini :
”Ini murni keinginan dari beberapa orang yang sebelumnya menjadi penari di Jugala Grup, untuk mewariskan ilmu tari yang kami miliki,” ujar Yanto Susanto, salah seorang sesepuh dari PTSKK.
Yanto bersama sejumlah rekannya, Awan Metro, Heri, Mas Nanu, dan lainnya secara bertahap sejak pertengahan tahun 2000, membentuk komunitas kecil-kecilan. Anggotanya adalah anak-anak mereka dan anak-anak sekitar rumah Yanto Susanto di Jalan Sersan Bajuri 56-57 RT 03 RW 10, Desa Cihideung, Kec. Parongpong, Kab Bandung Barat.
”Dari uang yang dikumpulkan dari pergelaran, sedikit demi sedikit dikumpulkan untuk membeli perlengkapan sanggar. Bahkan tidak sedikit uang dari hasil usaha berjualan bunga turut dijadikan modal,” ujar Yanto yang sehari-harinya berprofesi sebagai pengumpul dan pedagang bunga di kawasan sentra petani dan pedagang bunga Parongpong.
Karena komunitas yang dibentuk bukan merupakan komunitas nonprofit sebagaimana umumnya sanggar tari ataupun sanggar seni, untuk benar-benar diakui, PTSKK harus berjuang dari bawah. Beberapa anggota secara rutin mengikuti pergelaran tari maupun kompetisi.
Memasuki tahun 2005, berbagai ajang tari kreasi dan pasanggiri tari jaipongan semakin marak diselenggarakan di Kota Bandung dan sejumlah kota di Jawa Barat. Demikian pula berbagai event festival seni budaya, secara rutin digelar.
”Karena sejak awal niat kami membentuk komunitas untuk pewarisan seni budaya, bukan untuk kompetisi, maka dengan sangat senang hati anak-anak anggota komunitas mengikuti. Bahkan sejumlah event nasional di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) maupun event internasional Solo Dance Festival (SDF) ataupun Solo International Perfoming Art, menjadi langganan kami untuk menunjukkan eksistensi,” ujar Mas Nanu Muda, selaku konsultan.
Keberadaan Padepokan Kalang Kamuning dengan komunitasnya semakin diakui setelah mendapat bantuan dari Gubernur Jawa Barat, H. Ahmad Heryawan, melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat berupa pembangunan sanggar atau padepokan untuk aktivitas anggota komunitas. ”Setelah adanya bangunan padepokan yang permanen, dari waktu ke waktu jumlah anggota komunitas terus mengalami penambahan, jumlahnya kini mencapai dua ratus tiga puluh orang,” ujarMas Nanu.
Berkenaan lokasi padepokan yang terpencil dan jauh dari Kota Bandung, menurut Yanto Susanto, karena berbagai pertimbangan. Selain tanah yang dijadikan bangunan padepokan berdekatan dengan rumah dan tempat usaha sejumlah pendiri PTSKK, juga situasi lingkungan yang masih sangat mendukung.
Semula mereka yang bergabung merupakan anak-anak dari lingkungan sekitar padepokan. ”Tapi belakangan orang tua bersama putra putrinya yang bergabung juga dari Kota Bandung, Cimahi, bahkan dari Subang,” ujar Yanto.
Hal yang cukup menggembirakan bagi pendiri komunitas yang sepenuhnya mendapat dukungan dari Gugum Gumbira, adalah keberadaan komunitas yang mulai dikenal oleh kalangan perguruan tinggi. Sejumlah mahasiswa dan mahasiswi berbagai disiplin ilmu, terutama seni tari ataupun seni karawitan dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Pasundan Bandung, bahkan dari Institut Kesenian Jakarta ataupun Institut Seni Solo dan Yogyakarta, juga pada waktu-waktu tertentu melakukan penelitian atau belajar tari tertentu.
Terhadap hasil yang sudah dicapai, ada banyak komentar yang ditujukan kepada pada penggerak dan anggota komunitas Panglawungan Tari Sunda Kalang Kamuning. Di antaranya adalah dari almarhum seniman Sunda Nano Suratno (Nano S.) yang sempat berkunjung dan melakukan shooting untuk video klip tembang Sundanya dengan mengambil tempat di Padepokan Kalang Kamuning dan menjadikan beberapa anggotakomunitas sebagai penari latarnya.
”Barudak kudu dijaga bener-bener sangkan jadi generasi anu bisa ngajaga Ki Sunda jeung Kasundaan. Ngamumule ajen inajen warisan budaya urang,” ujar Nano, saat itu yang mengaku hatinya sangat tenang bila melihat anak-anak masih mencintai dan mau belajar kesenian tradisional. (dok. "PR”, 12/6/11)
sumber:http://www.pikiran-rakyat.com/node/148507
Menarik bukan??? makanya ayoooo datang ajak semua keluarga untuk datang ke desa kami ini .Terimakasih
Terima kasih gan atas informasi nya
BalasHapusjangan lupa juga kunjungi situs kami di
http://stisitelkom.ac.id